Malam ini, saya sempatkan untuk melihat blog dua teman seperjuangan pada saat bertempur di medan perang LKTI UIN Syarif Hidayatullah 2010. Entah karena faktor keberuntungan atau apa, saat itu saya mendapat posisi kedua dari sepuluh finalis yang ada pada saat itu. Lantas bagaimana dengan dua teman saya tadi? Mereka tak masuk di jajaran tiga besar. Yap, itu empat tahun yang lalu! Kini, setelah kami memilih jalan masing-masing untuk meniti cita-cita, semua berubah seratus delapan puluh derajat. Satu dari teman saya telah berhasil merebut gelar juara LKTI mahasiswa pada beberapa kesempatan yang lalu. Ia bahkan menjadi delegasi Indonesia di Belanda dalam sebuah konferensi mahasiswa internasional. Kawan berikutnya, lebih mantap lagi! Ia berhasil menjadi best planning dalam sebuah kompetisi paper mahasiswa yang diadakan salah satu vendor ternama.
Rasa-rasanya, senang bercampur haru melihat kesuksesan mereka. Namun entah mengapa saya iri denga keberhasilan mereka. Saya vakum. Lama dan ujungnya sulit bernalar. Tahun ini sejatinya adalah tahun yang baru bagi saya untuk menjadi mahasiswa (baca: calon punggawa keuangan negara). Sedari awal saya sempat berpikir untuk terus melebarkan sayap di bidang tersebut, namun entah kenapa setumpuk hal harus terlebih dahulu dijalani sebelum jari-jari ini bisa bebas menari di keyboard. Siklus akuntansi, kesan-kesini, ini-itu, dan masih banyak lagi.
sejatinya, semua hal di atas bagian dari trade off yang sudah sejak SMA dijalankan begitu saja. Tapi karena tittle-nya sudah kuliah, ya dituntut untuk lebih bijaksana lah sama waktu.
Yahh,walaupun untuk ukuran mahasiswa, ikut lomba-lomba menulis itu penghasilan. Coba kalkulasikan hal berikut: seorang mahasiswa ikut lomba menulis berhadiah uang lima juta rupiah. Jika ia ikut 10 kali lomba dengan total hadiah yang sama dan ia menang, sudah berapa uang yang mengalir ke tabungannya? (malas menghitungnya bukan)
Rezeki memang tak melulu datang dari sana, tapi prestise yang diraih kedua teman saya entah kenapa masih terbayang jelas di kepala ini. So, tinggal komitmen berjalan yang bisa diajak kompromi untuk mendapatkannya. How about me now?
0 komentar:
Posting Komentar