Jumat, 18 Oktober 2013

Jurnalisme: Sebuah Sastra yang ’Bergegas’


Ranah jurnalisme bisa diibaratkan bak lautan luas. Sewaktu-waktu dapat menimbulkan riak opini yang tak seberapa. Namun, terkadang menjelma menjadi gelombang besar yang siap menggulung seluruh fakta. Di sisi lain, ranah jurnalisme sendiri tak melulu berkutat dengan dunia tulis menulis. Jurnalisme sejatinya adalah bagian dari sebuah seni. Seni sastra yang sangat menggoda dan patut untuk didalami.  

            Sepenggal teaser di atas mungkin belum cukup untuk mendeskripsikan dunia jurnalime secara rinci. Namun, paling tidak mampu memberi alasan pada khalayak mengapa mereka harus mendekatinya. Dunia jurnalisme sesungguhnya punya seribu hal menarik. Walaupun tak luput dari tantangan, rasanya sangat sayang bila dilewatkan begitu saja. Sejatinya, apa itu jurnalisme? Bagaimana  bisa jurnalisme dikatakan sebagai bagian dari seni? Adakah sisi lain jurnalisme yang  dapat menguatkan khalayak untuk menyelaminya lebih lanjut? Melalui tulisan ini, anda akan segera mendapatkan jawabannya.

Sastra yang Bergegas
            Pada umumnya, publik mengenal jurnalisme sebagai berita. Akan tetapi, sejatinya banyak makna yang terkandung dari istilah jurnalisme.  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jurnalisme memang diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan berita. Jurnalisme merupakan pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita dalam surat kabar. Di sisi lain, ada juga yang mendeskripsikan jurnalisme sebagai bagian dari kegiatan menginvestigasi dan melaporkan isu-isu (tren tertentu) pada khalayak luas.
            Bagaimana dengan kata jurnalistik? Singkatnya, masih berhubungan saudara dengan istilah jurnalisme. Secara etimologis, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan. Sedangkan  jour dalam bahasa Prancis yang berarti hari (day) atau catatan harian (diary). Dalam bahasa Belanda, journalistiek artinya penyiaran catatan harian. Di Indonesia, istilah jurnalistik sempat dikenal dengan istilah publisistik. Beberapa kampus di Indonesia sempat menggunakannya karena merujuk kepada Eropa.
Banyak pendapat mengenai pengertian dari jurnalistik.  Jurnalistik adalah proses kegiatan mengolah, menulis, dan menyebarluaskan berita dan atau opini melalui media massa. Djafar H. Assegaff berpendapat bahwa jurnalistik merupakan kegiatan untuk menyampaikan pesan atau berita kepada khalayak ramai (massa), melalui saluran media entah media tadi media cetak maupun elektronik. Tokoh lainnya, Mursito BM, mengatakan bahwa jurnalistik adalah kegiatan mencari, mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menyiarkan informasi.
            Namun, di luar dari pada pengertian-pengertian di atas, ada satu hal penting tentang jurnalisme yang jarang diketahui publik. Jurnalisme adalah sebuah seni. Dapat dikatakan demikian jelas karena memiliki alasan. Jurnalisme erat kaitannya dengan berita tapi berita punya berbagai macam jenis. Kita mungkin mengenal hard news, soft news, dan features sebagai bagian dari berita. Kita juga mungkin mengenal kolom, editorial, dan esai sebagai artikel jurnalistik. Semua yang telah disebutkan di atas, jelas dibuat dengan sentuhan estetika. Serenyah dan segarang apapun tulisan berita pasti punya unsur menggelitik yang menjadi bagian dari seni sastra. Hal ini tak lain dan tak bukan untuk menarik para pembaca ke dalamnya. Meninggalkan kesan pada ingatan mereka atas apa yang baru saja dibaca.
            Di lain sisi, Jose A. Quirinno menganggap Jurnalisme sebagai sastra yang bergegas. Bergegas karena jurnalisme selalu aktual dan berimbang. Aktual karena selalu memburu isu-isu terkini yang tengah hangat dan menjadi trending topic. Berimbang karena tak pernah lepas dari sudut cover both sides. Pemberitaaan yang cover both sides (balance) sendiri artinya tidak berat sebelah. Mampu memberikan informasi kepada masing-masing pihak secara proporsional.
            Untuk menjadikannya betul-betul ’bergegas’, jurnalisme pun mengenal istilah ’piramida terbalik’. Di dalam piramida terbalik, proporsi penyampaian berita dimulai dari hal yang terpenting hingga tidak penting. Proporsi ini dimulai dari bagian yang datar menuju ke bagian yang runcing dari segitiga. Di dalam segitiga ini haruslah ada sebuah garis lurus, itulah fokus dalam sebuah tulisan yang tak boleh dilupakan!
           
Pelawan Lupa
            Jurnalisme merupakan satu kegiatan yang dilakukan oleh lembaga penyebaran informasi atau biasa disebut pers. Dalam hal ini, setiap berita yang dihimpun peliput berita (reporter) dan terlahir dari meja redaksi haruslah dapat dipertanggungjawabkan esensinya. Dengan demikian, mereka-mereka ini telah menandatangani kontrak tak langsung sebagai ’pelawan lupa’.
            Pelawan lupa bukanlah istilah khusus yang kerap muncul dalam dunia jurnalisme. Namun perlu diketahui bahwa setiap berita dan tulisan yang mereka hasilkan akan selalu mengingatkan publik pada peristiwa tertentu. Menghadirkan fakta, melawan lupa.
            Ada dua jenis tulisan yang khas dan sering dijadikan sebagai sarana pelawan lupa, esai dan feature. Kedua jenis tulisan ini memiliki  karakteristik yang hampir sama. Baik esai maupun feature mendapatkan sudut pandang sang penulis. Keduanya pun dikemas dengan bahasa khas jurnalistik: efektif, efisien, jelas, dan jernih.
            Esai adalah suatu tulisan prosa yang membahas suatu masalah tertentu secara ringkas berdasar subjektifitas sang esais. Walaupun subjektif, esai yang baik harus mengandung fakta, flashback, dan perbandingan. Karena itulah, esensi esai tak hanya karangan bebas dan opini namun juga karya ilmiah. Singkatnya, esai adalah sastra ringkas dengan tema terbatas. Bangunan esai yang menarik untuk dibaca terdiri dari lead, bridge, body, conclusion, dan ending.
            Esai sendiri dapat dikatakan sebagai jurnalisme  sastrawi Indonesia. Terkait dengan hal ini, esai memiliki berbagai lead yang sangat lentur dan nyeni, diantaranya: summary, narrative, descriptive, question, quotation, freak, dan teaser.  Esai pun harus kritis, reflektif, dan interpretatif (Seminar Kekerasan, Keindonesiaan dan Perdamaian 2011 bersama Ketua AJI, Nezar Patria)
 Feature adalah produk jurnalistik yang memadukan berita dengan unsur opini. Di dalam feature, unsur human interest cenderung lebih ditonjolkan. Feature sendiri mendapatkan sentuhan sastra dengan bahasa yang gurih, lentur, basah, dan mengigit (Seminar Kekerasan, Keindonesiaan dan Perdamaian 2011 bersama wartawan Senior Tempo, Amarzan Loebis). Feature  yang cukup popular diantaranya adalah kisah nyata, perjalanan, biografi, dan tips.    
            Sebagai tambahan, opini juga bisa disebut sebagai tulisan pelawan lupa. Khalayak biasanya akan menjumpai kolom-kolom yang ditulis pembaca di setiap Koran. Artikel inilah yang biasa disebut opini. Opini merupakan artikel yang mengandung subjektivitas dan objektivitas. Ada beberapa jenis opini, diantaranya surat pembaca dan reader’s forum. Dalam opini, pembaca biasanya menyampaikan pendapat atau unek-unek yang dirasakannya terhadap suatu problematika, peristiwa, dan isu tertentu. Tajuk rencana atau editorial sebetulnya juga merupakan opini. Namun, tajuk rencana berisi sudut pandang redaksi media massa tentang peristiwa yang sedang aktual.

           
Masih Tak Tertarik?
Dewasa ini, ranah jurnalisme bukan lagi milik wartawan dan redaksi semata. Oleh karenanya, siapapun bisa jadi pelawan lupa! Tanpa melupakan prinsip umum jurnalistik, setiap orang bisa menjadi penyampai informasi atau berita (pewarta). Dengan menggunakan berbagai perangkat dan media yang ada, informasi tersebut lantas dapat menjalar dengan cepat kepada publik.
            Jurnalistik pun telah menjadi suatu kebutuhan di era modern. Masyarakat akan haus terhadap informasi dan produk jurnalistik akan memenuhinya. Masyarakat butuh fakta dan kebenaran, lagi-lagi para jurnalis yang menggalinya hingga sisi paling dalam. Masyarakat ingin suaranya didengar pejabat, produk jurnalistik mampu menjadi sarananya. Khalayak ingin berkarya dan menghasilkan karya seni sastra, produk jurnalistik pun bisa menjadi aktualisasinya. Sekali lagi, jurnalisme adalah bagian dari seni tersendiri. Seni yang sangat memperhatikan unsur intelektualitas dan humanitas. Karena jurnalisme adalah sebuah sastra yang bergegas!


0 komentar:

Posting Komentar