Sabtu, 26 Oktober 2013

Wajah-Wajah Online Jurnalisme (Telaah Singkat Media Online Tempo, Tribun, dan Detik News)

Abad ke-21 bisa dikatakan sebagai eranya ‘News in Technology’. Bagaimana tidak, transisi analog ke digital, rupanya tak berhenti pada media elektronik saja. Pesatnya persebaran informasi telah membuat ‘dunia digital’ turut merambah media massa. Kini, media massa besar seperti harian Tempo dan Tribun siap memenuhi dahaga pembaca akan berita teraktual melalui kanal berita online. Berkebalikan dari hal di atas, bermunculan pula berbagai situs berita online yang akhirnya menelurkan produk beritanya dalam bentuk hard cover. Salah satu yang popular di kalangan masyarakat adalah Detik.com. Sejatinya, bagaimanakah esensi dari ketiga media online di atas jika ditinjau dari segi jurnalisme? Apakah berita yang dihadirkan hanya mengejar aktualitas? Ataukah hanya mengedepankan kritik pedas yang menambah kernyitan dahi para pembaca? Temukan jawabannya dalam tulisan ini. 

Wajah Media Online
       Wajah bisa diibaratkan sebagai cerminan sebuah identitas. Begitu halnya dengan wajah sebuah media, khususnya media berita online. Cerminan identitas merekalah yang lantas dapat menarik minat pembaca untuk ‘mampir’ hingga akhirnya betah berlama-lama membaca berbagai sajian berita yang terposting.
Yang harus disadari, setiap media berita online jelas memiliki karakteristik masing-masing. Mulai dari irama, rubrikasi, blocking, tata letak iklan, hingga readers forum. Hal ini pula lah yang rupanya turut diamini oleh media berita online sebesar Tempo, Tribun, dan Detik News. Dilihat dari esensi beritanya, cara penyampaian informasi yang digunakan pun terbilang tak jauh berbeda dengan versi hard cover nya.
Kanal online Tempo masih dengan bahasa khasnya yang jelas dan jernih dalam menyampaikan sebuah berita. Unsur sastrawinya pun tak pernah ditinggalkan. Dalam hal ini, dapat terlihat dari pemilihan judul yang terkesan ‘sarkastik’ dalam sebuah fakta. Satu contoh dapat dilihat pada judul berita yang diposting pada 24 November 2013: ‘Modus Menilep Duit di Kantor Airin: Jangan Ditiru!’. Tempo nampaknya memang ingin memenuhi perannya sebagai ‘anjing penjaga’ melalui semua tulisannya. Di sisi lain, Tempo juga mengintegrasikan tulisa-tulisan di kanal onlinenya. Sebagai contoh, dalam suatu tulisannya, disediakan link yang akan merujuk pada informasi lainnya. Hal ini jelas memudahkan pembaca dalam menerima informasi. Yang pasti, Tempo berusaha membangun pikiran kritis pembaca melalui seni tulisannya
Situs berita milik Tribun sejatinya punya sedikit perbedaan dengan media lain dalam menampilkan beritanya. Tribun lebih senang mendekati sisi kemanusiaan dan sosial pembacanya. Berita-berita yang ada pada Tribun cenderung tidak terlalu kritis layaknya Tempo.  Hal ini tercermin dalam salah satu berita yang termuat pada 26 Oktober 2013: Ayah Kapolri Sutarman Tak Punya Televisi. Tribun rupanya ingin memainkan emosi pembacanya.
Beralih ke Detik News, situs yang satu ini bisa dibilang ‘paling ringan’ dari dua media berita online sebelumnya.  Detik bisa dibilang lebih mengedepankan aktualitas ketimbang investigasi berita. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa Detik memposting tulisan setiap detiknya. Unsur berita yang dihadirkan pun tidak sekental Tempo dan Tribun. Namun demikian, setiap informasi yang ada di dalam beritanya tetap mendalam. Hal ini bisa dilihat dari salah satu berita nasional yang diposting di dalamnya: Sentil Lembaga Survei, Prabowo: Banyak yang Tidak Obyektif (26 Oktober 2013).
Walaupun memiliki karakteristik yang berbeda, dari segi rubrikasi dan tampilan, ketiga media online di atas terlihat tak jauh berbeda. Ketiganya menampilkan rubric-rubrik berita yang tersaji dalam header. Mulai dari nasional, regional, olahraga, hingga lifestyle. Blocking iklan maupun kotak komentar pun juga ditata dengan rapi.  Tersedia juga kolom berita foto dan video.
Semua hal di atas, disajikan dengan rapi untuk dapat menarik pembaca berkunjung dan berlama-lama menjelajahi setiap berita yang disajikan.


Tetap Tegas dan Berimbang
Berpijak pada Sembilan elemen jurnalisme, bisa dikatakan bahwa ketiga media online yang telah disebutkan sebelumnya tetap berpegang teguh pada ruh jurnalistik. Ketiganya masih tetap tunduk pada kebenaran dan mengedepankan independensi. Mengakomodasi  forum kritik bagi para pembacanya. Selalu mengolah hal yang penting dalam  liputan yang menarik tanpa meninggalkan sisi-sisi yang relevan. Menghadirkan pemberitaan yang komprehensif dan proporsional. Selalu mengikuti hati nurani. Bersedia menjadi public watch dog. Satu yang tak kalah penting, loyal pada masyarakat.
Tak bisa dipungkiri, ketiganya merupakan media yang dinaungi perusahaan-perusahaan besar. Akan tetapi, setiap informasi yang disusun menjadi berita tetap bisa dikatakan sebagai fakta yang terverifikasi. Ketiganya pun tegas dalam menyikapi setiap informasi yang masuk ke meja redaksi. Yang utama, menjadi media yang berimbang.

Terapkan
       Harus disadari bahwa tiap media pasti memiliki hal baik dan buruk. Namun demikian, tidak salah jika sisi baik sebuah media dijadikan rujukan oleh media lainnya. Pastinya, tanpa meninggalkan identitas aslinya dari masing-masing media. Tempo, sebagai salah satu media pemberitaan sesungguhnya memiliki keunggulan lebih dibandingakan Tribun dan Detik. Gaya bahasanya yang kritis, penuh investigasi, namun tak melupakan seni menulis berita adalah keunggulan yang bisa dijadikan rujukan bagi media lain (khususnya Media Center STAN). Tempo pun menghadirkan berita foto, video, serta infografis yang terbilang ciamik Kini, tinggal bagaimana style penulisan berita tersebut dapat diterapkan dan makin disempurnakan di Media Center STAN
      

0 komentar:

Posting Komentar